Muhammad Sahab yang kemudian dikenal
dengan nama Teuku Imam Bonjol, lahir di Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman,
Sumatera Barat, pada tahun 1972. Setelah belajar agama pada beberapa orang
ulama di Sumatera Barat, ia menjadi guru agama di Bonjol.
Baca Selengkapnya
Dari sini ia menyebarkan paham paderi
di Lembah Alahan Panjang bahkan sampai ke Tanapuli Selatan. Sebagai tokoh
Paderi, ia cukup disegani. Karena serangan-serangan yang dilancarkan cukup
kuat, Belanda terpaksa mengadakan Perjanjian Masang tahun 1824 dan mengakui
Tuanku Imam Bonjol sebagai penguasa daerah Alahan Panjang. Perjanjian itu
kemudian dilanggar oleh Belanda dan Perang kembali. Daerah yang dikuasai Tuanku
Imam Bonjol bertambah sempit dan terkurung oleh daerah-daerah yang sudah
dikuasai Belanda. Pada tahun 1834
Belanda megerahkan pasukan yang besar. Bonjol dikepung dengan ketat. Kedudukan
Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, tetapi ia tetap tidak mau berdamai dengan
Belanda. Pasukannya bertambah kurang. Untuk merebut Bonjol, tiga kali Belanda
mengganti panglima perangnya.
Barulah setelah lebih dari tiga tahun
dikepung, Bonjol jatuh ke tangan Belanda, pada tanggal 16 Agustus 1837. Tuanku
Imam Bonjol berhasil menyelamatkan diri dan melanjutkan perjuangan di tempat
lain. Pada bulan Oktober 1837 ia diundang ke Palupuh untuk berunding. Tiba di
tempat itu Tuanku Imam Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa
Barat, kemudian dipindahkan ke Ambon dan akhirnya ke Lotan dekat Manado.
Ditempat terakhir itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864dan dimakamkan
disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar