Selamat Datang di My Web Blog

Rabu, 06 Mei 2015

PANGERAN DIPONEGORO (1785-1855)



Raden Mas OntoWiryo yang kemudian lebih terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro, lahir di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785. Ayahnya, Sultan Hamengku Buwono III, ingin mengangkatnya sebagai raja, tetapi ia menolak karena ibunya bukan permaisuri.
Baca Selengkapnya



Para bangsawan diadu domba  sehingga istana terdapat golongan yang pro dan yang anti-Belanda. Kedua golongan itu curiga mencurigai. Sementara itu, tanah-tanah kerajaan banyak yang diambil untuk perkebunan-perkebunan milik pengusaha-pengusaha Belanda.
Melihat keadaan itu, Pangeran Diponegoro mulai memperlihatkan perasaan tidak senang. Ia meninggakan Keraton dan menetap di Tegalrejo. Belanda menuduhnya menyiapkan Pemberontakan. Tanggal 20 Juni 1825 pasukan Belanda menyerang Tegalrejo dan dengan demikian mulailah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830). Sejak tahun 1829 perlawanan semakin berkurang, tetapi belum padam sama sekali. Belanda berjanji akan memberi hadiah sebesar 50.000 gulden kepada siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro.

Kekuatan Diponegoro bertambah lemah, tetapi ia tidak mau menyerah. Karena tidak berhasil menangkap, Pimpinan tentara Belanda menjalankan cara yang licik. Pangeran Diponegoro diundang ke Magelang untuk berunding dengan jaminan kalau perundingan gagal, boleh kembali ke tempatnya dengan aman. Dalam perundingan di Magelang tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Menado, Kemudian dipindahkan ke Ujungpadang. Ia meninggal dunia di benteng Rotterdam, Ujungpadang, pada tanggal 8 Januari 1855 dan dimakamkan di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar