Muhammad Saman yang lebih dikenal
dengan nama Teungku Cik di Tiro, lahir pada tahun 1836 di Cumbok Lamlo, daerah
Tiro, Pidie. Sejak Kecil ia sudah biasa hidup di lingkungan pesantren dan
bergaul dengan para santri.
Baca Selengkapnya
Setelah belajar ilmu agama pada
beberapa ulama terkenal di Aceh, ia menunaikan ibdah haji dan memperdalam ilmu
agama di Mekah. Sesudah itu ia menjadi guru agama di Tiro. Muhammad Saman
dibesarkan pada saat memburuknya hubungan Aceh dengan Belanda. Pada Waktu
itulah Teungku Cik Tiro muncul untuk memimpin perang. Ia membentuk Angkatan
Perang Sabul dan mendapat bantuan dari golongan ulubalang. Sultan Aceh
mempercayainya sebagai pemimpin perang. Perjuangan dilakukan atas dasar agama
dan kepercayaan. Daerah Aceh yang masih mereka kuasai tidak lebih dari empat
Kilometer persegi. Ajakan untuk berdamai ditolak oleh Teungku Cik di Tiro.
Belanda menyadari bahwa sumber
semangat Aceh pada waktu itu ialah Teungku Cik di Tiro. Karen aitu, Belanda
bermaksud membunuhnya. Mereka berhasil membujuk seseorang yang bersedia bekerja
sama. Orang itu diangkat menjadi Kepala Sagi. Kemudian, orang itu menyuruh
seorang wanita memasukkan racun ke dalam makanan dan di berikannya kepada
Teungku Cik di Tiro. Akibat memakna makanan tersebut, Teungku Cik di Tiro jatuh
sakit dan meninggal dunia di benteng Aneuk Galong pada bulan Januari 1891.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar