Selamat Datang di My Web Blog

Sabtu, 09 Mei 2015

ROBERT WOLTER MONGONSIDI (1925-1949)



Robert Wolter Mongisidi lahir di desa Mamalayang, Manado, pada tanggal 14 Februari 1925. Ia baru duduk dikelas 2 MULO (Setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) pada waktu Perang Pasifik pecah. Pada masa kependudukan Jepang ia memasuki sekolah bahasa Jepang.
Baca Selengkapnya



Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, Mongisidi berada di Ujungpandang. Waktu itu Unjungpandang dan beberapa tempat lain di Sulawesi Selatan sudah diduduki oleh NICA/Belanda. Pada tanggal 27 Oktober 1945 Mongisidi memimpin serangan terhadap pos tentara Belanda dalam kota itu. Mongisidi diangkat menjadi sekretaris Jenderal. Ia bertugas pula merencanakan operasi-operasi militer. Sering ia masuk kota menyamar sebagai Polisi Tentara Belanda, sehingga dapat mengetahui rahasia musuh dan dapat menentukan sasaran serangan.

Belanda membujuk Mongisidi untuk bekerjaa sama. Dengan tegas bujukan itu ditolaknya. Kemudian, pengadilan Kolonial Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya. Keputusan pengadilan diterimanya degan tabah, dan menolak untuk meminta ampun. Masyarakat menjadi gempar, lalu mengajukan permohonan supaya hukuman tersebut dibatalkan. Tetapi, penguasa Belanda tetap pada pendiriannya.

Pagi hari tanggal 5 September 1949 Wolter Robert Mongisidi dibawa ke Pacinang untuk menjalani hukuman mati. Dengan tenang ia menghadapi regu penembak dan menolak untuk menutup mata dengan kain. Tangan kirinya memegang Injil, sedangkan tangan kanan mengepalkan tinju sambil memekikkan teriak “Merdeka”! Dalam kitab Injil ditemukan secarik kertas berisi kata-kata , “Setia hingga terakhir dalam keyakinan.” Pada tanggal 10 November 1950 kuburannnya dipindahkan ke Taman Pahlawan Ujungpandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar