Pierre Andreas Tendean lahir di
Jakarta pada tanggal 21 Februari 1939. Setelah menamatkan sekolah Dasar, ia
melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama, kemudian ke Sekolah Menengah
Atas Bagian B di Semarang dan lulus dalam tahun 1958.
Baca Selengkapnya
Ia masuk Akademik Teknik Angkatan
Darat (Atekad) di Bandung yang kemudian berganti nama menjadi Akademi Militer
Jurusan Teknik (Akmil Jurtek). Selam dalam pendidikan, ia memperlihatkan hasil
yang baik, sehingga diangkat menjadi Komandan Batalyon Taruna dan juga sebagai
Ketua Senat Korps Taruna.
Setelah menyelesaikan pendidikan di
Akmil Jurtek tahun 1962, Pierre diangkat menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni
Tempur 2 Komandan Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Setahun kemudian ia
mengikuti pendidikan di Sekolah Intelijen dan setelah selesai, bertugas
melakukan penyusupan ke daerah Malaysia yang ketika itu masih bermusuhan dengan
Indonesia. Pada bulan April 1965 Letnan Satu Pierre Andreas Tendean diangkat
menjadi ajudan Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/Kepala Staf Angkatan
Bersenjata (Menko Hankam/Kasab) Jendral Nasution. Jenderal Nasution adalah
seorang perwira tinggi yang dianggap musuh besar dan karena itu merupakan tokoh
utama yang akan dibunuh oleh PKI.
Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI
mulai melancarkan pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”
(G-30-S). Gerombolan Pki mendatangi rumah Jenderal Nasution untuk menculik dan
membunuhnya. Pierre Tendean yang sedang tidur diruangan belakang mendengar
serentetan tembakan, segera ia berlari ke bagian depan rumah, tetapi ia
tertangkap. Karena wajahnya hampir serupa denagn wajah Jenderal Nasution,
anggota gerombolan mengira bahwa mereka sudah berhasil melaksanakan tugas.
Pierre Tendean mereka bunuh. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya. Setelah
ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar