Selamat Datang di My Web Blog

Jumat, 22 Mei 2015

RADEN MAS TIRTO ADHI SURYO (1875-1918)



R.M. Tirto Adhi Suryo lahir pada tahun 1875 di Blora. Nama kecilnya Jokomono. Ia pernah mengikuti pendidikan di sekolah dokter di Jakarta, akan tetapi tidak diselesaikannnya. Tampaknya ia lebih tertarik pada bidang jurnalistik. Dalam usia belasan tahun, ia sudah sering mengirimkan karangan ke beberapa surat kabar antara lain pembrita Betawi dan Pewarta Priangan.
Baca Selengkapnya


Dengan bantuan keungan dari Bupati Cianjur, R.A.A. Prawiradireja, ia menerbitkan surat kabar Sunda Berita pada bulan Februari 1903. Untuk menambah pengetahuan, ia mempelajari beragam hal-hal yang berkaitan dengan hukum, tata pemerintahan dan agama. Sehingga tulisan-tulisan yang dimuat di Sunda Berita menjadi beragam. Selain menerbitkan Sunda Berita, ia juga menjadi redaksi penerbitan lembaran negara, ia juga menerjemahkan dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Penerbitan yang kemudian membuat namanya terkenal ialah Medan Priyayi yang diterbitkan pada tahun 1907 dengan modal yang diperoleh dari Bupati Cianjur dan iparnya.

Selain katif di bidang jurnalistik, ia juga aktif pula di bidang organisasi. Pada tahun 1906 ia mendirikan Serikat Priyayi. Tujuannya untuk meningkatkan pendidikan di kalangan anak-anak priyayi, antara lain dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak yang orangtuanya kurangmampu. Nmaun organisasi ini tidak berkembang karena tidak mendapat dukungan dari golongan priyayi dan tidak disetujui dari pemerintah.

Karena berbagai masalah keuangan, mulai bulan Agustus 1912 penerbitan Medan Priyayi terhenti untuk selama-lamanya. Faktor lain yang menyebabkannya ialah kritik tajam yang dilancrakan kepada Bupati Rembang (Bekas suami RA. Kartini). Tirto menuduh Bupati ini menyalahgunakan kekuasaan, yakni menggunakan uang rakyat secara tidak wajar. Penghinaan terhadap Bupati Rembang ini menyebabka ia dijatuhi hukuman buang selama dua bulan. Sementara itu NV. Medan Priyayi dinyatakan Failit dam Tirto terlibat dalam utang sehingga ia disendera oleh para kreditor.

Setelah bebas dari hukuman buang, Tirto menetap di Jakarta. Ia mulai sakit-sakitan dan tidak aktif lagi di bidang jurnalistik. Ia meninggal dunia pada tanggal 7 Desember 1918 dalam usia muda, yakni 43 tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar