Martha Khristina Tiahahu lahir di Nusa
Laut, Kepulauan Maluku, pada tahun 1801 sebagai putri sulung Kapitan Paulus
Tiahahu. Umurnya baru enam belas tahun ketika penduduk Saparua di bawah
pimpinan Kapitan Pattimura mengangkat senjat menentang kekuasaan Belanda.
Baca Selengkapnya
Perlawanan di saparua itu menjalar
pula ke nUsa Laut dan ke tempat-tempat lain. Penduduk Nusa Laut dipimpin oleh
Kapitan Paulus Tiahahu berhasil merebut benteng Beverwijk di Negeri Sila,
Leinatu. Semua tentara Belanda yang mempertahankan benteng tersebut di
binasakan.
Pada tanggal 17 November 1817 Kapitan
Paulus Tiahahu menjalani hukuman mati. Dengan tenang dan tabah Martha
menyaksikan pelaksanaan hukuman tersebut. Tiada setetes pun air mata mengalir.
Sesudah itu, ia berusaha mengumpulkan para pengikut dan menyusun kekuatan untuk
melanjutkan perjuangan. Sebelum sempat mengobarkan perlawanan, ia tertangkap.
Bersama 39 orang lainnya yang dijatuhi hukuman buang ke Pulau Jawa sebagi
pekerja paksa di perkebunan kopi. Sebelum berangkat, Belanda membujuknya supaya
mau bekerja sam. Bujukan itu ditolak. Di atas kapal yang membawanya ke pulau
Jawa,ia jatuh sakit, tetapi menolak untuk diobati oleh orang-orang Belanda.
Tengah malam tanggal 1 Menjelang tanggal 2 Januari 1818, martha Khristina
Tiahahu, Pahlawan wanita yang berhati baja itu, meninggal dunia dalam pelayaran
ke tempat pembuangan. Jenazahnya di lemparkan ke Laut Maluku, antara pulau Buru
dan Pulau Tiga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar