Basuki Rakhmat dilahirkan di Tuban,
Jawa Timur, pada tanggal 14 November 1921. Pendidikan umum terakhir yang
ditempuh ialah Sekolah Guru Muhammadiyah di Yogyakarta.
Baca Selengkapnya
Pada masa Kependudukan Jepang, ia
mengikuti pendidikan Tentara Pembela Tanah Air(Peta). Sesudah selesai,
ditempatkan sebagai Shodanco Peta di Pacitan. Sesudah pengakuan kedaulatan,
Basuki Rakhmat tetap bertugas di bidang militer. Antara tahun 1956-1959 ia
diserahi tugas sebagai Atase Militer RI di Australia. Kembali dari Australia
diangkat menjadi Asisten IV Kepala Staf Angkatan Darat dan pada tahun 1962
menjadi Panglima Komando Daerah militer (Kodam) VIII/Brawijaya berkedudukan di
Surabaya. Pada waktu terjadi pemberontakan G 30 S/PKI, ia membantu pimpinan
Angkatan Darat menumpas pemberontakan
tersebut, antara lain dengan cara menyadarkan Pasukan Kodam VIII/Brawijaya yang
diperalat oleh Gerombolan Pemberontak.
Mayor Jenderal Basuki Rakhmat
menghadap Presiden Sukarno di Istana Bogor untuk membahas situasi politik yg
semakin panas akibat Pemberontakan G30 S/PKI. Dari pertemuan itu lahir Surat
perintah 11 Maret (Supersemar). Dalam surat perintah itu Presiden Sukarno memerintahkan
Jenderal Suharto agar mengambil tindakan yang perlu untuk memulihkan keamanan
dan ketertiban.
Pada bulan April 1966 Basuki Rakhmat
diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri. Ia dapat tugas berat untuk memenangkan
Penentuan Pendapat Rakyat (Papera) diIrian Barat. Ia meninggal dunia di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 1969 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar