Ismail marzuki dilahirkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 1914. Ia menempuh pendidikan di HISdan di Mulo,
kedua-duanya di Jakarta. Disamping itu, pada sore hari ia mengikuti pendidikan
agama di Madrasah. Bakat musik di warisi dari ayahnya, pada Umur 17 yahun
Ismail sudah berhasil menggubah lagu berjudul “O, Sarinah”.
Baca Selengkapnya
Beberapa lagu gubahannya direkam di
Singapura, ia juga mendapat kepercayaan mengisi ilustrasi musik untuk film
“Terang Bulan’. Selain lagu-lagu berbahasa indonesia dan berirama keroncong, ia
juga menggubah lagu dalam bahasa Belanda.
Sesudah kemerdekaan tercapai, Ismail
Marzuki menyumbangkan tenaga di Radio Republik Indonesia (RRI). Pada waktu RRI
dikuasai Belanda, ia mengundurkan diri karena Belanda memaksa pegawai RRI untuk
menurunkan bendera Merah Putih yang berkibar di gedung itu. Peristiwa itu
mengihlami Ismail untuk menggubah lagu “Berkibarlah Benderaku”.
Pada masa perang kemerdekaan, Ismail
Marzuki tidak bisa menyumbangkan tenaganya karena fisiknya lemah. Ia merasa
sedih karena hal itu. Perasaan itu diungkapkannya lewat lagu “Cacat Perwira”.
Lagu-lagu yang terkenal pada masa itu adalah “Halo-halo Bandung”, “selendang
Sutera”, “Sapu Tangan dari Bandung Selatan”, dan “Sepasang Mata Bola”. Melalui
lagu “Melati di Tapal Batas”, ia mengisahkan bahwa bukan hanya pria, melainkan
juga wanita mempunyai andil dalam perjuangan.
Sesudah perang kemerdekaan berakhir,
Ismail bekerja kembali di RRI. Ia dipercayai memimpin Orkes Studio Jakarta.
Ismail Marzuki mencintai bangsa dan tanah airnya melalui Lagu-lagu yang
digubahnya. Lagu “Rayuan Pulau Kelapa” dan “Indonesia Tanah Pusaka”
memperlihatkan cintanya yang besar terhadap tanah air. Ismail Marzuki telah menggubah
puluhan lagu dari yang berirama keroncong sampai berirama seriosa. Lagu-lagunya
ada yang beraroma jenaka, romantis, tetapi banyak pula yang beraroma semangat
perjuangan.
Berhubungan dengan kesehatannya
semakin memburuk, pada tahun 1957 Ismail Marzuki mengundurkan diri dari RRI.
Pada tanggal 25 Mei 1958 komponis pejuang itu meningggal dunia di Jakarta.
Namanya kemudian diabadikan dalam nama pusat kesenian di Jakarta, yakni Taman
Ismail Marzuki. Pemerintah menghargai jasa yang telah disumbangkan Ismail
Marzuki di bidang musik. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun
2004 tanggal 5 November 2004, Ismail Marzuki dianugerahi gelar Pahlawan
Nasioanal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar