Katamso lahir di Sragen, Jawa Tengah,
pada tanggal 5 Februari 1923. Pendidikan umum diikutinya sampai tingkat Sekolah
Menengah. Pada masa Kependufukan Jepang, ia mengikuti pendidikan tentara
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor.
Baca Selengkapnya
Sesudah Kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan, ia menyumbangkan tenaga untuk mempertahankan kemerdekaan dengan
memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang sekarang menjadi Tentara Nasional
Indonesia (TNI).
Sesudah pengakuan kedaulatan, di Jawa
Tengah timbul pemberontakan Batalyon 426. Katamso diserahi tugas untuk turut
menumpas pemberontakan tersebut. Tugas itu dapat dilaksanakan dengan hasil yang
baik. Sewaktu terjadi pemberontakan PRRI/Permesta dalam tahun 1958, ia diangkat
menjadi Komandan Batalyon “A” Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh
Kolonel Ahmad Yani. Kemudian ia diserahi tugas sebagai Kepala Staf Resimen Team
Pertempuran (RTP) II Diponegoro dan
berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pada tahun 1963 Katamso dipindahkan ke
Jawa Tengah memangku jabatan Komandan Resort Militer (Korem) 072 Komando Daerah
Militer (kodam) VII/Diponegoro, berkedudukan di Yogyakarta. Untuk menghadapi
kegiatan PKI di daerah Solo, Kolonel Katamso membina Resimen Mahasiswa yang
diberi latihan-latihan militer, agar kelak dapat dipakai untuk menghadapi
ancaman PKI. Dibidang kemasyarakatan ia giat mengembangkan pendidikan.
Malam hari tanggal 30 September
1965 PKI melancarkan pemberontakan yang
disebut “Gerakan Tiga Puluh September” (G30S). Pemberontakan itu dilancarkan
pula di Jawa Tengah. Kolonel Katamso diculik oleh gerombolan PKI, dibawa ke
kentungan, di sebelah Utara Yogyakarta, lalu dibunuh. Mayatnya ditemukan
tanggal 22 Oktober 1965 dan dimakamkan di Taman Pahlawan Semaki, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar