Selamat Datang di My Web Blog

Minggu, 03 Mei 2015

SRI SUSUHUNAN PAKU BUWONO VI (1807-1849)



Raden Mas Sapardan yang lebih dikenal dengan nama Susuhunan Pakubuwono VI, lahir di Surakarta. Ibunya bukan permaisuri. Namun demikian, pada tahun 1823 ia diangkat menjadi raja sesuai dengan amanat ayahnya beberapa saat sebelum meninggal dunia.
Baca Selengkapnya



Pada waktu Pakubuwono VI memrintah, baik kerajaan Yogyakarta maupun kerajaan Surakarta sedang menghadapi masa suram. Akibatnya, baik di Surakrta maupun di Yogyakarta terjadi kegelisahan umum. Pada tahun 1825 meletus perang yang dipimpin oleh Diponegoro, seorang pangeran Yogyakarta. Perang itu dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830).

Setelah perang Diponegoro berakhir, Belanda mengadakan tekanan-tekanan yang berat. Pakubuwono VI dipaksa menandatangi perjanjian yang berisi penyerahan beberapa daerah kepada Belanda. Ia menolak untuk menandatangi perjanjian tersebut. Hal itu sangat menjengkelkan Pemerintah Belanda. Karena tekanan-tekanan semakin berat, pada tanggal 6 Juni 1830 ia meninggalkan istana, pergi ke Imogiri mengunjungi makam  nenek moyangnya. Pemerintah Belanda menuduhnya sedang menyiapkan pemberontakan. Dengan tuduhan itu, Susuhanan Pakubuwono Vi ditangkap dan dibuang ke Ambon. Ia meninggal dunia ditempat pembuangan dan dimakamkan disana. Atas usaha Pemerintah RI dan pihak kelurga, pada tahun 1956 makamnya dipindahkan ke pemakaman raja-raja Surakarta di Imogiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar