R.A. Kustiyah Retno Edhi yang lebih di
kenal dengan nama Nyi AgengSerang, lahir pada tanggal 1752 di Serang, dekat
Purwodadi, Jawa Tengah. Ayahnya, Pangeran Natapraja, pernah mendampingi
pangeran Mangkubumi dari Mataram berperang melawan Belanda.
Baca Selengkapnya
Perang itu berakhir dengan
ditandatanganinya Perjanjian Gianti tahun 1755. Waktu itu Kustiyah sudah dewasa
dan turut memimpin pasukan menahan serangan Belanda. Sementara itu di
Yogyakarta terjadi kegelisahan akibat tindakan-tindakn pemerintah Belanda. Keadaan
rakyat sangat sengsara dan tanah banyak yang diambil penguasa Belanda dan
dijadikan perkebunan milik pengusaha-pengusaha Eropah. Hal itu antara lain
menjadi sebab pecahnya Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.
Pada waktu perang meletus, Nyi Ageng
Serang sudah berumur 73 tahun. Atas anjuran Nyi Ageng Serang pasukan Diponegoro
memakai daun lumbu dalam pertempuran. Daun itu dapat dipakai sebagai pelindung
kepala dan juga untuk menyamar agar tidak mudah diketahui oleh musuh. Akhirnya,
karena sudah tua dan lemah, ia mengundurkan diri dari meda tempur. Sesudah itu
ia menetap di rumah keluarga Nataprajan di Yogyakarta sampai meninggal dunia
pada tahun 1828.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar