Abdul Haris Nasution dilahirkan di
Huta Pungkut, Kota Nopan, Tanapuli Selatan, pada tanggal 3 Desember 1918.
Setelah menamatkan Hollands School, ia mengikuti pendidikan di Hollands
Indlansche Kweekschool di Bukittinggi.
Baca Selengkapnya
Pada Tahun 1940 Ia memasuki pendidikan
militer pada Coprs Opleiding Reserve Officieren di Bandung. Tetapi tidak sempat
ia selesaikan berhubug dengan pecahnya Perang Pasifik dan serbuan Jepang ke
Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat terbentuk, Nasution diangkat sebagai
Kepala Staf Komandemen TKR Jawa Barat, Kemudian Divisi III dan akhirnya sebagai
Panglima Divisi Siliwangi.
Sesudah Perang kemerdekaan berakhir,
Nasution diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. Pada tahun 1953 ia
dinonaktifkan akibat peristiwa 17 Oktober 1952. Namun pada tahun 1955 ia
diaktifkan kembali sebgaai KSAD. Dalam kedudukan ini ia menghadapi berbagai
pemberontakan dalam negeri. Yang terberat ialah pemeberontakan PRRI/Permesta di
Sumatera dan Sulawesi Utara. Berbagai jabatan dipangkunya sesudah itu, antara
lain Menteri Keamanan Nasional dan Menteri Koordinator Pertahanan
Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam Kasab).
Jenderal Nasution terkenal sebagai
tokoh yang antikomunis. Oleh karena itu, ia sangat dimusuhi oleh PKI. Pada awal
pemerintahan Orde Baru, Jenderal Nasution diangkat sebagai Ketua MPRS. Pada
tahun 1972 ia memasuki masa pensiun. Pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi
Jenderal Besar TNI.
Jenderal Nasution dikenal pula sebagai
pengarang yang produktif. Ia banyak menulis buku, khususnya mengenai militer.
Karyanya yang cukup monumental ialah 11 jilid buku sekitar Perang Kemerdekaan
Indonesia. Bukunya Pokok-pokok Gerilya diterjemahkan ke beberapa bahasa asing.
Ia juga menulis memoir berjudul Memenuhi Panggilan Tugas sebanyak delapan
jilid. Jenderal Besar TNI Kehormatan Dr. Abdul Haris Nasution meninggal dunia
pada tanggal 5 September 2000. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Kalibata, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar