Muhammad Darwis yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Kyai Haji Akhmad Dahlan lahir di Yogyakarta pada tahun 1868. Selain menerima pendidikan
agama di pesantren, ia banyak membaca buku ilmu pengetahuan. Dua kali ia ke
Mekah dan Kesempatan itu dipergunakan untuk memperdalam pengetahuan agama.
Baca Selengkapnya
Pada waktu itu, umat islam Indonesia
sedang dalam keadaan mundur. Mereka tidak bersatu, dan karena itu menjadi
lemah. Ajaran agama banyak dipengaruhi oleh hal-hal yang berbau mistik. Melalui
muhamamadiyah, Ahmad Dahlan berusaha memajukan pendidikan Islam dan membangun
masyarakat Islam yang sebenarnya. Untuk itu, kegiatan dakwah ditingkatkan.
Pelajaran agama diberikan di sekolah-sekolah agama diajarkan pula pengetahuan
umum yang pada masa sebelumya termasuk hal yang dilarang.
Pembaharuan yang dijalankan Akhmad
Dahlan pada mulanya mendapat tantangan dari masyarakat. Pada waktu membetulkan
arah kiblat di masjid –masjid di Yogyakarta, masyarakat menjadi gempar dan
marah. Di masjid besar Yogyakarta ia membuat garis-garis saf menurut yang
semestinya. Garis-garis itu dihapus orang dan surau miliknya dibongkar. Waktu
mengadakan dakwah di Banyuwangi, ia diancam akan dibunuh, dituduh sebagai kyai
palsu sebab berani mengajarkan pengetahuan umum di sekolah agama. Tetapi, lama
kelamaan, masyarakat menerima peruabahan yang diadakannya. Sekolah, masjid,
langgar, rumahsakit, poliklinik, dan rumah yatim piatu banyak didirikan. Semua
itu adalah hasil perjuangannya melalui Muhammadiyah.
Ia juga memikirkan nasib generasi muda
dan berpendapat bahwa ilmu tanpa agama sangat berbahaya bagi kehidupaan
anak-anak muda. Untuk memajukan kaum wanita, pada tahun 1918 didirikan Aisyiah.
Selain itu, dibentuk pula Kepanduan Hizbul Wathan. Kyai Haji Akhmad Dahlan
meninggal dunia pada tanggal 23 Februari 1923 di Yogyakarta dan dimakamkan di
sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar