Donald Iganatius Panjaitan dilahirkan
di Baligie, Tanapuli, pada tanggal 9 Juni 1925. Setelah menamatkan Sekolah
Dasar, ia melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama dan kemudian
Sekolah Menengah Atas.
Bersama pemuda lain, D.I Panjaitan
membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berkembang menjadi
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sesudah pengakuan kedaulatan, D.I. Panjaitan
diangkat menjadi Kepala Staf Operasi Tentara & Teritorium (T&T) I/Bukit
Barisan di Medan. Dari situ ia dipindahkan ke Palembang untuk memangku jabatan
Kepala Staf T & T II/Sriwijaya. Pada tahun 1956 ia mengikuti kursus Militer
Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat, pulang dari Bonn, tahun 1962, ia
ditunjuk sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad).
Selain itu ia pernah belajar pada Associated Command and General Staff College
di Amerika Serikat.
Sebagai Asisten IV Men/Pangad,
Brigadir jenderal D.I. Panjaitan berhasil membongkar rahasia kiriman senjata
dari Republik Rakyat Cina (RRC) untuk Partai Komunis Indonesia (PKI).
Senjata-senjata tersebut dimasukkan ke dalam peti-peti bahan bangunan yang akan
dipakai untuk membangun gedung Conefo (Conference of the New Emerging Forces).
Pada waktu PKI sedang giat mengadakan persiapan untuk melancarkan pemberontakan.
D.I. Panjaitan termasuk salah seorang perwira yang menolak rencana PKI untuk
membentuk Angkatan Kelima yang terdiri atas buruh dan tani. Karena itu, ia
dimusuhi oleh PKI. Dinihari tanggal 1 Oktober 1965 PKI melancarkan
pemberontakan yang disebut “Gerakan Tiga Puluh September”. Mereka menculik dan
membunuh Brigadir Jenderal Panjaitan. Mayatnya disembunyikan di Lubang Buaya.
Setelah ditemukan, dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar