Selamat Datang di My Web Blog

Jumat, 01 Mei 2015

CUT NYAK MEUTIA (1870-1910)



Cut Nyak Meutia lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870, tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus. Suasana perang itu mempengaruhi perjalanan hidupnya selanjutnya. Waktu masih kecil, ia dipertunangkan denagn Teuku Syam Syarif, tetapi ia lebih tertarik kepada Teuku Muhammad.
Baca Selengkapnya



Akhirnya, keduanya menikah. Teuku Muhammad adalah seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Cut Nyak Meutia bersama suaminya memimpin perjuangan gerilya di daerah Pasai. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Melalui pihak keluarga, Belanda berusaha membujuk supaya Meutia menyerahkan diri kepada Pemerintah Belanda. Tetapi, bujukan itu tidak berhasil. Ia teramsuk pejuang yang pantang tunduk. Pada bulan Mei 1905 Teuku Cik Tunong ditangkap Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman tembak. Sesuai denagn pesan sueutia kemudian kawin dengan Pang Nangru, seoarang teman akrab dan kepercayaannya Teuku Cik Tunong. Bersama suami yang baru itu,ia melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Karena kepungan Belanda semakin ketat, mereka masuk lebih jauh lagi ke rimba Pasai, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menghindarkan diri agar jangan sampai tertangkap.

Pada bulan September 1910 Pang Nangru tewas dalam pertempuran di Paya Ciciem. Cut Meutia dapat meloloskan diri. Beberapa orang teman Pang Nangru kemudian menyerahkan diri kepada Belanda. Meutia dibujuk supaya menyerah pula, tetapi ia tetap menolak. Dengan seorang anaknya berumur sebelas tahun, bernama Raja Sabil, ia berpindah-pindah di pedalaman rimbai Pasai. Tempat persembunyiannya akhirnya diketahui juga oleh pasukan Belanda. Pada tanggal 24 Oktober 1910 temapt iru dikepung. Cut Nyak Meutia mengadakan perlawanan dengan menggunakan sebilah rencong. Tiga orang tentara Belanda melepaskan tembakan. Sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah mengenai dadanya. Ia gugur pada saat itu juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar